angin berangkat ke tenggara
menyeret desis risau
daun-daun merunduk
dan tanah sembab
oleh tetes duka embun
perjalanan hidup yang berat
menuju batas usia
debu-debu mengambang
di atas kepala yang bimbang
seonggok puisi
di masa yang ranum
menjadi api berdiang
di musim yang giris
jiwa telah kehilangan pelita
dalam masa yang suram
kupu-kupu beranjak
meninggalkan kota
kemana mencari senyum matahari
bumi pun enggan bercumbu lagi
Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar